Sabtu, 04 September 2010

Merneptah, Firaun yang Tenggelam di Laut Merah

MISTERI besar yang masih belum terjawab tuntas selama ini adalah siapakah Firaun yang bertarung melawan Nabi Musa namun akhirnya mati tenggelam di Laut Merah? Yang jelas bukan Firaun Ramses II yang hidup sezaman dengan Musa dan bahkan merawatnya sejak kecil. Sebab, Ramses II meninggal bukan karena tenggelam di tengah laut, melainkan lantaran sakit komplikasi pada masa tuanya. Ramses II meninggal pada usia 97 tahun.

Kekuasaan Ramses II kemudian digantikan anaknya, Merneptah. Dia merupakan anak laki-laki tertua yang masih hidup, setelah dua belas kakak laki-lakinya meninggal sebelum masa pewarisan. Merneptah diangkat menjadi Firaun (raja) pada usia 50 tahun. Hampir sebaya dengan Musa. Sebelumnya, dia adalah panglima perang tentara Ramses II yang sangat terkenal. Pasukannya beranggota ratusan ribu tentara.

Seperti bapaknya, ketika berkuasa, Merneptah juga memproklamasikan diri sebagai Tuhan. Sikap sewenang-wenangnya tak jauh berbeda dari bapaknya. Jika Ra Mses bermakna keturunan Dewa Matahari (Ra), Merne Ptah bermakna Kesayangan Dewa Pencipta (Ptah). Merneptah mengendalikan kekuasaannya secara diktator militer. Dia akan menghukum siapa saja yang berani menentangnya dan tak segan-segan membunuhnya secara keji.

Alquran menggambarkan, Nabi Musa sempat ciut nyali ketika diperintah Allah untuk menemui penguasa negeri Mesir itu. ''Pergilah kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas. Berkata Musa: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,'' (QS 20: 24-25).

Maka, Musa meminta izin kepada Allah agar memperbolehkan Harun, saudara sepupunya, untuk menemani dirinya dalam berdakwah. Apalagi untuk menghadapi Firaun dengan balatentaranya yang terkenal bengis itu.

''Sungguh, aku akan memotong tangan dan kakimu bersilangan secara timbal balik, kemudian sungguh aku akan menyalib kamu semuanya.'' Demikian ancam Firaun kepada siapa saja yang berani menentangnya. Termasuk kepada para tukang sihir yang kalah saat melawan Musa dan lantas memberikan pengakuan bahwa Musa benar-benar utusan Tuhan.

Apa yang dibawa Musa bukanlah sihir, melainkan mukjizat. Karena itu, bertambah murkalah sang Firaun terhadap Musa. Dia lalu mengobarkan permusuhan kepada Bani Israil (Musa, termasuk keturunan Bani Israil) secara lebih keras.

Tidak hanya memerintahkan untuk membunuh setiap anak laki-laki Bani Israil yang lahir, Firaun juga menyiksa dan menumpas Bani Israil. Pertarungan antara Musa melawan Firaun berlangsung sekitar 10 tahun, saat masa pemerintahan Merneptah (1213-1203 SM).

Pada zaman Merneptah itulah bangsa Israil kemudian terusir dari Mesir. Hal itu terlihat dari artefak di Museum Mesir, Kairo. Bukti sejarah tersebut ditulis dalam huruf Hiroglif di sebidang batu granit yang kemudian dinamakan Prasasti Merneptah atau Israel Stela. Itulah satu-satunya prasasti yang menyinggung tentang Bani Israil dalam artefak para Firaun yang berkuasa sepanjang ribuan tahun (dalam 30 dinasti).

Tak tahan menghadapi kebrutalan Firaun dan balatentaranya, Musa lalu mengajak seluruh Bani Israil untuk eksodus besar-besaran menuju Palestina, dengan menyeberangi laut di Teluk Suez. Ada tiga pendapat utama tentang lokasi penyeberangan itu. Yang pertama terletak di Danau Ballah, yang posisinya lebih dekat dengan Laut Mediterania dibanding Laut Merah. Jaraknya lebih dari 150 km dari Memphis.

Yang kedua, terletak di Danau Timsah yang berjarak sekitar 120 km. Sementara itu, versi ketiga, berada di ujung Teluk Suez yang berjarak tidak sampai 100 km. Saya lebih condong alternatif yang ketiga tersebut, yaitu di ujung Teluk Suez yang masih terhubung langsung dengan Laut Merah.

Ada alasan kuat yang mendasarinya. Yaitu, rombongan Musa sedang dikejar-kejar tentara Firaun. Tentu saja mereka berusaha sesegera mungkin untuk mencapai pantai. Sebab, menurut QS 20: 77, Musa dan rombongannya memang diperintah untuk berangkat saat malam menuju pantai dan baru tersusul Firaun serta pasukannya pada pagi. Karena itu, arah yang terdekat untuk menyeberang adalah Teluk Suez. Ayat itu menyebut laut sebagai tempat penyeberangan, bukan danau.

Selain itu, perjalanan ratusan ribu orang tersebut dilakukan dengan berjalan kaki. Tentu, mereka memilih jarak yang terdekat untuk sampai tujuan. Jika kecepatan berjalan mereka sekitar 15 km/jam, rombongan perlu waktu 6-7 jam untuk sampai di pantai. Berarti, sudah memasuki waktu pagi.

''Maka, setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul; sungguh Tuhanku besertaku, Dia akan memberikan petunjuk kepadaku'' (QS 26: 61-62).

Benarlah apa yang menjadi keyakinan Musa. Allah memberikan pertolongan di luar dugaan. Sebab, Musa sendiri sebetulnya tidak tahu harus melakukan apa setelah rombongan Bani Israil sampai di tepi pantai, sementara tentara yang dipimpin Firaun semakin dekat.

Allah lalu memerintah Musa untuk memukul laut dengan tongkat yang dibawanya. Seketika itu juga bumi bergetar, diperkirakan terjadi gempa tektonik yang mengakibatkan tsunami. Air laut pun surut beberapa saat, sehingga memberikan kesempatan kepada rombongan Musa untuk menyeberang.

Tapi, tidak demikian halnya dengan pasukan Firaun yang berusaha mengejar rombongan Musa yang sudah sampai di seberang. Begitu Firaun dan pasukannya sampai di tengah laut, ombak besar menggulung mereka.

''Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu (Musa), lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan'' (QS 2: 50).

***

Musa, sang utusan Allah, akhirnya bisa mengalahkan Firaun. Penguasa yang mengaku dirinya sebagai Tuhan itu pun tenggelam bersama ribuan tentara yang dikerahkan untuk membasmi Bani Israil. Allah menyelamatkan jasadnya untuk dijadikan pelajaran bagi umat yang hidup kemudian.

''Maka, pada hari ini Kami selamatkan badanmu (Firaun) supaya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami'' (QS 10: 92).

Jenazah Firaun ditemukan beberapa hari kemudian oleh masyarakat di tepi pantai dan lantas diserahkan kepada pihak kerajaan. Keganasan Firaun Merneptah pun runtuh dalam sepuluh tahun kekuasaannya. Jasadnya dimumifikasi dan dikubur di Lembah Raja, di makam keluarga KV-5. Kini, muminya bisa disaksikan di Museum Mesir, Kairo, yang dibaringkan berdekatan dengan mumi ayahnya, Ramses II.

Tapi, menariknya, warna kulit mumi Merneptah berbeda dari mumi-mumi lainnya. Mumi Firaun yang satu ini berwarna pucat keputih-putihan. Diduga, itu terjadi karena jenazahnya terendam air laut selama beberapa hari saat tenggelam di Laut Merah. (bersambung/ari)

JELAJAH SUNGAI NIL by AGUS MUSTOFA
JAWA POS, 4 SEPTEMBER 2010
Source : http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=showpage&kat=1&subkat=53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar