Selasa, 31 Agustus 2010

Mencari Tempat Tenggelamnya Istana Qarun

KETIKA berada di Kota Fayoum kami penasaran dengan nama Danau Qarun. Apalagi, setelah saya telusuri, tidak jauh dari danau itu ada perkampungan yang juga bernama Desa Qarun. Apakah ini ada kaitannya dengan tokoh Qarun di zaman Nabi Musa, yang harta benda beserta istananya ditenggelamkan Allah, karena kesombongannya? Ternyata benar. Di sekitar danau itulah Qarun dan istananya ditenggelamkan.

Qarun adalah bangsa Israil sebagaimana Nabi Musa. Sejumlah penafsir Alquran mengatakan, Qarun adalah sepupu Nabi Musa. Sebagian yang lain menyebut paman Nabi Musa. Tetapi, di dalam Alquran memang hanya disebut sebagai ''kaum Musa''. Tidak begitu jelas apakah dia paman atau sepupu Nabi Musa.

Qarun hidup di zaman Firaun Ramses II sebagaimana juga Musa. Meskipun Qarun mengaku mengikuti agama Musa, dia justru sangat dekat dengan Ramses II yang memusuhi Rasul Allah itu. Bahkan, dia memperoleh penghasilan besar dari posisinya yang mendua. Ramses memanfaatkan Qarun untuk menjadi mata-mata dan pengendali Bani Israil agar tidak berbuat macam-macam yang bisa membahayakan kedudukan Firaun.

Sebagaimana kita ketahui, Bani Israil adalah bangsa pendatang di Mesir. Mereka datang ke negeri Firaun itu pada zaman Nabi Yusuf, sekitar abad 17 SM. Mereka memperoleh izin tinggal di Mesir karena penguasa saat itu adalah bangsa Hyksos yang secara emosional dekat dengan penduduk Palestina, Bani Israil. Namun, seiring dengan jatuhnya kekuasaan Hyksos ke tangan Firaun lagi di zaman New Kingdom, bangsa Israil menjadi bangsa kelas dua yang sering dianiaya Firaun. Banyak di antara mereka yang dijadikan budak dan ''pekerja paksa'' untuk membangun proyek-proyek Firaun. Sampai kelak dibebaskan oleh Nabi Musa, dengan cara eksodus ke Palestina kembali.

Qarun memainkan peran sebagai orang munafik, yang bekerja untuk kepentingan Ramses II. Karena itu, sebagian besar kaumnya sangat membenci dia. Tetapi, Qarun memiliki harta berlimpah ruah karenanya. Kekayaan Qarun digambarkan sangat fantastis. Dia sering pamer kekayaan kepada kaumnya yang miskin. Dia juga memiliki sejumlah pengikut, para penjilat penguasa.

Musa tak bosan-bosannya mengingatkan Qarun agar membagikan sebagian kekayaan kepada kaumnya dalam bentuk zakat. Bukan malah pamer kekayaan. Tetapi, kesombongan Qarun justru semakin menjadi. Dia kumpulkan seluruh harta bendanya untuk diarak keliling Kota Fayoum. Dia kerahkan puluhan kuda dan unta serta ratusan laki-laki dan perempuan semata-mata untuk pamer kekayaan.

Maka, Allah pun memberikan pelajaran dengan menghancurkan kekayaan Qarun di depan penduduk Fayoum. Istananya ditenggelamkan ke dalam perut bumi beserta segala isinya. Tanpa bekas, kecuali nama perkampungan Qarun, Danau Qarun, dan Qasr Qarun atau Istana Qarun.

Mengenai Istana Qarun terjadi pro dan kontra. Kami penasaran untuk menelusurinya. Kami sempat mendatangi sebuah reruntuhan bangunan yang disebut-sebut sebagai Istana Qarun. Lokasinya di dekat permukiman penduduk Desa Qarun. Kini sedang digali kembali oleh pemerintah bekerja sama dengan sejumlah arkeolog mancanegara. Tetapi, sejauh yang saya telusuri, bangunan bergaya Romawi itu bukan Istana Qarun, melainkan kuil peribadatan zaman Yunani-Romawi. Kuil itu dipersembahkan kepada Dewa Sobek alias Dewa Buaya yang menghuni Danau Qarun. Karena itu, di dalamnya ada patung manusia berkepala buaya sebagai ikon utama.

Kawasan Danau Qarun dan Fayoum yang subur memang pernah menjadi lumbung pangan bagi bangsa Romawi ketika menduduki Mesir. Mereka membangun markas tentara, permukiman, dan kuil-kuil di sana. Bahkan, juga vila-vila di pinggir danau. Tetapi, seiring dengan runtuhnya kekuasaan Romawi di Mesir, kawasan itu runtuh juga. Sebagian masih tertinggal jejaknya dalam bentuk reruntuhan, termasuk kuil Dewa Sobek yang dikira sebagai Istana Qarun.

Sedangkan Istana Qarun yang sesungguhnya berada di tepi danau, tapi kini tidak terlihat bekasnya lagi, karena ditenggelamkan oleh Allah, sebagaimana diceritakan dalam Alquran. ''Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (diri)'' (QS.28: 81).

***

Benarkah Istana Qarun dibenamkan Allah di sekitar Danau Qarun? Penelusuran geologis menunjukkan adanya kemungkinan besar di situ. Sebab, kawasan ini ternyata kawasan labil berupa patahan lempeng bumi yang pernah mengalami penurunan. Dan, itu terjadi sejak jutaan tahun lalu.

Karena itu, posisi Danau Qarun lebih rendah daripada permukaan air laut, sejauh 45 meter. Air danau itu agak asin karena mengalami penguapan terus-menerus, tanpa bisa mengalir untuk berganti air. Di zaman Nabi Yusuf, Kota Fayoum menjadi kawasan pertanian yang subur dengan cara mengalirkan air Sungai Nil yang berjarak sekitar 100 km di timur danau. Tetapi, aliran airnya justru mengarah ke barat, masuk ke Danau Qarun. Ini karena posisi danau itu memang lebih rendah daripada Sungai Nil.

Di zaman Qarun, kawasan ini mengalami gempa karena pergerakan patahan lempeng bumi. Akibatnya, Istana Qarun yang berada di tepi danau pun runtuh karenanya. Istana itu tenggelam beserta isinya ke dalam perut bumi. Sejak itu kawasan Danau Qarun menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Kini, danau tersebut memiliki panjang sekitar 40 km membentang dari timur ke barat, dengan lebar sekitar 10 km.

Bagian utara-barat danau adalah perbukitan Jabbal Qatrani dengan ketinggian 350 meter. Sedangkan bagian selatan-timur adalah dataran rendah, puluhan meter di bawah permukaan laut. Di bagian yang runtuh inilah terbentuk danau dan menjadi tandon air bagi daerah sekitarnya.

Pada zaman Ramses II, Qarun memperoleh hadiah rumah di kawasan tepi danau. Bahkan, sebagian sumber mengatakan kawasan ini memang dihadiahkan kepada Qarun, sehingga danau dan desa yang ada di situ dinamai nama Qarun.

Allah memberikan pelajaran dengan banyak cara dan peristiwa. Pada dasarnya Allah ingin mengingatkan manusia agar memahami hukum alam yang sudah digelar-Nya; bahwa kebaikan akan berbalas kebaikan dan kejahatan akan berbalas kejahatan.

''Maka masing-masing Kami azab disebabkan oleh dosanya sendiri. Di antaranya ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, dan di antaranya ada yang ditimpa suara menggelegar, dan di antaranya ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antaranya ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri'' (QS. 29: 40). (bersambung/ari)

JELAJAH SUNGAI NIL by AGUS MUSTOFA
JAWA POS, 25 AUGUST 2010
Source : http://www.jawapos.co.id/metropolis/index.php?act=detail&nid=152078

Tidak ada komentar:

Posting Komentar