Senin, 30 Agustus 2010

Mumifikasi, Otak dan Isi Perut pun Dikeluarkan

MASIH tentang Necropolis alias Kota Pekuburan, Memphis. Di kawasan yang membentang sepanjang puluhan kilometer itu ternyata tidak ditemukan artefak istana Firaun secara signifikan. Justru yang ditemukan adalah kompleks pemakaman. Ini terkait dengan filosofi masyarakat Mesir kuno yang memandang kehidupan sesudah mati jauh lebih penting dibandingkan dengan kehidupan sekarang.

Kebanyakan raja Mesir kuno bersegera menyiapkan kuburannya sesaat sesudah dilantik sebagai raja. Hari ini dilantik, hari ini juga dia merancang pekuburan. Baik dalam bentukmastaba -tumpukan batu sederhana- atau piramida yang spektakuler. Atau dalam bentuk perbukitan yang disulap menjadi Valley of The King. Istana raja dibuat dari bahan-bahan yang mudah hancur, seperti batu bata atau semacam tanah yang diperkeras. Tetapi, makam dibuat dari bebatuan yang tahan lama.

Para penganut agama pagan menyiapkan kehidupan sesudah mati sebaik-baiknya. Mereka membuat piramida yang berbentuk lancip ke arah langit dengan harapan, itu bisa mengumpulkan energi alam semesta yang memberikan kekuatan abadi bagi jenazah yang dimakamkan di dalamnya. Mereka yakin bahwa tubuh yang telah mati akan dipakai kembali saat hidup di alam keabadian. Karena itu, harus dipersiapkan sesempurna mungkin.

Orang Mesir kuno adalah pionir dalam pembuatan mumi. Proses mumifikasi sudah mulai dikenal sekitar 4.000 tahun SM. Saat itu orang Mesir melakukan mumifikasi secara alamiah dengan memanfaatkan padang pasir yang panas dan kering. Para arkeolog menemukan mumi kering semacam itu di kawasan padang pasir Mesir, di sebuah mastaba alias ruang bawah tanah bertumpuk dari bebatuan. Kini, mumi yang posisinya tertelungkup itu disimpan dan dipamerkan di British Museum, London.

Tetapi, sejak 2.600 SM, para dokter Mesir kuno menemukan teknik mengawetkan jenazah yang kemudian dikenal sebagai mumifikasi. Dan, dari masa ke masa teknologinya terus bertambah maju. Sehingga, teknik itu tidak hanya dilakukan orang-orang Mesir, tetapi juga oleh orang-orang Romawi saat mereka menguasai Mesir di peralihan abad Masehi selama ratusan tahun. Juga orang-orang bangsa lain hingga abad modern. Maka, kini kita bisa menyaksikan jenazah sejumlah tokoh dunia diawetkan dengan cara dibalsem. Di antaranya Deng Xiaoping, Lenin, dan sejumlah Paus Vatikan.

Di zaman Mesir kuno, mumifikasi merupakan bagian dari prosesi agama pagan yang mengiringi kematian seorang tokoh. Maka, suasananya bukan hanya medis, melainkan juga mistis. Prosesi itu dipimpin seorang pendeta dan tim ahli pembuat mumi.

Jasad tokoh yang meninggal dibawa dengan keranda ke sebuah ruang khusus mumifikasi dan menjalani proses itu hingga sekitar 70 hari sebelum siap dimakamkan. Ketua timnya disebut ''Controller of The Mysteries'' yang mengetahui ramuan rahasia mumifikasi. Di antaranya, menurut para arkeolog, ada tujuh jenis minyak rahasia yang belum terkuak bahannya sampai sekarang.

Ketua tim pembuat mumi memakai topeng serigala hitam sebagai simbol Dewa Anubis, yaitu dewa penjaga Necropolis. Dia dibantu beberapa asisten yang biasanya adalah pendeta, sambil melagukan nyanyian-nyanyian khusus selama proses pembuatan mumi, menyiapkan kain, dan mengafaninya.

Di dalam ruang khusus itu, tim memandikan jasad dengan air dicampur garam Natron. Kemudian jasad dibawa ke ''meja operasi'' bernama Wabet untuk pengeluaran organ dalam perut dan otak dari kepala. Otak dikeluarkan dengan cara menyedotnya dengan pipa besi dari lubang yang dibuat di bagian hidung atau tengkuk.

Untuk mengeluarkan organ-organ dalam tim membuat sayatan di perut. Setelah itu, organ-organ itu dimasukkan ke dalam empat vas khusus yang ada tutupnya. Hanya jantung dan dua buah ginjal yang tidak dikeluarkan. Ketiga organ itu dibiarkan tetap berada di dalam tubuh karena membentuk segitiga piramida yang dipercaya memberikan keabadian kepada tubuh jenazah. Jantung dipercaya akan ditimbang saat hari perhitungan untuk menentukan baik-buruknya balasan di alam keabadian.

Sedangkan organ-organ lain dimasukkan ke empat vas yang diberi hiasan gambar anak-anak Dewa Horus. Paru-paru masuk vas yang berhiaskan Hapi, yaitu dewa berkepala monyet babon. Lambung masuk vas Duamutef, dewa berkepala serigala. Hati atau liver masuk vas bergambar Imheti, sebentuk kepala manusia. Sedangkan usus masuk vas Qebehsunuef, dewa berkepala elang. Keempat vas itu nanti dikubur bersama jasadnya, karena dipercaya akan kembali kepada tubuh saat dihidupkan kembali.

Setelah itu, tubuh jenazah dilumuri garam Natron untuk proses pengeringan selama 40 hari. Rongga perut yang sudah kosong diisi kapas atau kain. Berikutnya, jenazah dilumuri lagi dengan The Seven Secret Oil serta cairan khusus, wewangian lotus, resin, dan sebagainya sampai sekitar 70 hari. Setelah selesai, jenazah dibalut dengan kain kafan, dengan posisi tangan menyilang di depan dada. Juga diselipkan berbagai azimat untuk melindunginya selama perjalanan menuju alam keabadian.

Terakhir, wajah sang mumi ditutupi dengan topeng yang dibuat persis dengan wajah aslinya. Hal itu agar ''ka'', sang ruh, mengenalinya kembali saat memasuki jasadnya. Setelah itu, jenazah yang berkafan dimasukkan ke peti mati berlapis-lapis agar tidak terganggu oleh binatang di dalam tanah ataupun manusia yang bermaksud jahat. Di sepanjang dinding makamnya dipahatkan sejumlah gambar untuk memandu orang yang mati itu agar tidak ''tersesat'' menuju alam keabadian. Gambar-gambar itu kemudian dikenal sebagai Kitab Kematian.

***

Semua manusia bakal mengalami kematian. Secara instinktif kita meyakini bahwa hidup di dunia ini bukanlah satu-satunya kehidupan. Ada sebuah kehidupan lain yang bakal kita jalani sebagai kelanjutannya. Karena itu, kita harus mempersiapkannya sejak dini. Hanya orang-orang yang keras kepala yang menyimpulkan bahwa dunia adalah satu-satunya kehidupan. Dia telah menentang bisikan nuraninya bahwa kehidupan dunia sebenarnya kehidupan yang belum selesai.

Allah mengingatkan hal ini kepada manusia, siapa pun dia, bahwa setelah kematian ada kehidupan lain yang lebih panjang waktunya. Di sanalah kita bakal menuai hasil perbuatan selama di dunia. Karena itu, jangan sampai kita lupa diri di sini dan baru menyesal setelah kita berada di alam baka. Tak ada gunanya.

''Dan (alangkah ngerinya) ketika kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala di hadapan Tuhannya (di akhirat): Ya Tuhan kami, kini kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan berbuat kebajikan, sungguh kami meyakininya (sekarang)'' (QS. 32: 12).

JELAJAH SUNGAI NIL by AGUS MUSTOFA
JAWAPOS, 29 AUGUST 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar